Tanaman Aromatik Pengendali Hama Lalat Buah
Oleh :
Agus Kardinan
Lalat buah merupakan hama yang sangat merugikan di bidang hortikultura, karena sering
membuat produk hortikultura seperti mangga, cabai, jambu biji, belimbing, nangka, jeruk
dan buah- buahan lainnya menjadi busuk dan berbelatung.
Hama ini juga dapat menjadi
penghambat perdagangan (Trade barrier) antar Negara, karena apabila pada komoditas
ekspor suatu produk terdapat telur lalat buah, maka produk tersebut akan ditolak.
Hal ini
pernah terjadi terhadap Indonesia pada komoditas paprika yang akan diekspor ke Taiwan.
Pengendalian yang dilakukan pada umumnya adalah dengan pembungkusan buah-buahan
ataupun pemberonjongan pohonnya dengan kasa, pengasapan untuk mengusir lalat buah,
penyemprotan dengan insektisida, pemadatan tanah di bawah pohon untuk memutus
siklus hidup serta penggunaan atraktan (zat pemikat) yang salah satunya berbahan methyl
eugenol.
Namun demikian, cara-cara pengendalian ini dirasa masih kurang efektif, karena
tidak dilakukan secara serentak dan kontinu, sehingga daerah yang tidak dikendalikan
menjadi sumber infeksi di masa mendatang.
Selain hal teknis, juga masalah mahalnya zat
pengendali, khususnya atraktan lalat buah, sehingga petani/pengguna belum semuanya
mampu memperoleh bahan ini.
Sebagai contoh, atraktan komersial yang ada di pasaran
saat ini harganya berkisar antara Rp 1.000.000 hingga Rp 1.500.000/ liternya.
Tanaman aromatik yakni tanaman yang mampu mengeluarkan aroma, bisa juga
digunakan untuk mengendalikan lalat buah.
Di antaranya jenis selasih (Ocimum), yaitu
O.minimum, O.tenuiflorum, O.sanctum dan lainnya.
Selain tanaman selasih ada juga
tanaman lain, yaitu Melaleuca bracteata dan tanaman yang bersifat sinergis
(meningkatkan efektifitas atraktan), seperti pala (Myristica fragans).
Semua tanaman ini
mengandung bahan aktif yang disukai oleh lalat buah, yaitu Methyl eugenol, dengan
kadar yang berbeda.
Balittro telah membuat suatu atraktan dengan cara mencampur semua jenis tanaman,
sehingga menghasilkan suatu minyak atsiri (essential oil) yang terdiri dari beberapa jenis
tanaman yang mengandung methyl eugenol, yang dapat digunakan sebagai pengendali
hama lalat buah atau disebut juga dengan ATLABU (Atraktan Lalat Buah).
Diharapkan teknologi yang ditemukan Balittro ini akan membantu dalam usaha
pengendalian lalat buah di Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya.
Dengan teknologi ini biaya pengendalian dapat ditekan cukup signifikan, karena harga
ATLABU hanya Rp 400.000/liter, jauh di bawah harga atraktan komersial yang ada (Rp.
1- 1,5 juta/liter).
Selain itu, masyarakat/petani dapat mengembangkan/membuat sendiri
atraktan ini dengan cara menanam tanamannya (misal selasih yang mudah tumbuh) dan
menyulingnya sendiri dengan alat/teknologi yang sederhana.
Agus Kardinan
Peneliti di Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik (Balittro)
Badan Litbang, Departemen Pertanian